PUISI : Rumah
Hai.
Salam kenal.
Perlu tahu namaku tidak?
Emm, kau namai aku apa saja, terserah. Asal aku ikhlas.
Salam kenal.
Perlu tahu namaku tidak?
Emm, kau namai aku apa saja, terserah. Asal aku ikhlas.
Aku senang membaca, senang menulis, senang bersenang-senang, juga senang kalau aku disenangi. Di sini, kau bisa membaca tulisanku. Banyak rupanya. Kau baca-baca saja semaumu. Asal jangan merusak tanaman.
Aku belum pandai menulis, jadi tulisanku sederhana. Tapi semoga siapapun yang membacanya, bisa menerima.
Ini tulisanku. Entah menyebutnya apa. Puisi atau bukan, aku kurang tau pasti sebenarnya. Tapi aku perlu nama untuk label di sini, jadi kunamai puisi (tapi aku tidak percaya diri)
Kau mau tau tidak kenapa aku menulis ini? Puisi ini aku tulis saat aku kembali ke rumah, setelah sekian lama mencoba hidup mandiri. Ya, aku pulang. Tapi dalam keadaan patah dan marah.
Tapi dalam marahku itu, aku tidak mau hilang kepercayaan pada Tuhan. Jadi aku berdoa semoga harapan dalam hatiku tidak mati. Begitulah. Siapapun kau, boleh marah, asal kalau makan harus baca doa dulu.
hai, rumah
saya kembali
berlutut dan memanjatkan harapan
: saya tak ingin kehilangan iman
ada syahadat yang saya bisikkan pada diri sendiri
semoga murni,
dan ikhlas
: serta penuh penyerahan.
saya kembali
berlutut dan memanjatkan harapan
: saya tak ingin kehilangan iman
ada syahadat yang saya bisikkan pada diri sendiri
semoga murni,
dan ikhlas
: serta penuh penyerahan.
0 Response to "PUISI : Rumah"
Post a Comment