-->

PUISI : Sepotong Martabak


kami menyukai sikap kami yang dulu
yang manis, lugu dan malu-malu;

kami mencintai pemikiran kami yang lama
yang jingga, tua dan bersahaja;

kami memuja hati kami yang usang
yang penuh kasih sayang
dan tanpa kurang;

lalu kami memeliharanya setengah wafat
seumpama buku langka nan berharga

kemudian, perlahan
separuh diri kami berubah menjadi:
sepotong martabak, cakue, bakwan dan gemblong
yang dibeli orang-orang di jalanan.

0 Response to "PUISI : Sepotong Martabak"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel