-->

SERI LIGAR DAN NADJA - 1. Besok. Jam 10. Di Tempat Biasa.


Yogyakarta tidak sepanas biasanya. Jum'at sore, menjelang jam pulang kerja. Masih tersisa beberapa menit sebelum jam kerja berakhir, dan aku memilih berselancar di internet. Menemukan hal-hal aneh dan ya sekarang aku sedang asyik membaca tips tentang bagaimana merawat bibir.

Aku, seorang Nadja, sebenarnya sering tidak peduli dengan penampilan. Untuk ukuran perempuan, aku minim pengetahuan tentang model dan gaya terkini. Tapi kurasa aku masih normal. Setidaknya aku tidak seperti gembel, kecuali saat bangun tidur. Tidak ada cantiknya sama sekali. Heran.

Jadi, ketika aku membaca tips tentang perawatan diri, Mbak Tiara, staf akuntansi di tempatku bekerja, langsung menggodaku.

"Ah, aku tahu persis apa tujuanmu," ujar Mbak Tiara saat melihat layar komputer di depanku.

"Tujuan apa?"

"Ya, membaca tips begitu. Aku tahu, aku tahu."

"Apa yang salah? Aku cuma tidak sengaja menemukan tulisan ini di blog seseorang. Dan ya, kubaca saja." Aku mencoba berkilah, padahal untuk apa, aku kan tidak berbuat dosa.

"Tapi aku tahu tujuanmu." Mbak Tiara memelankan suaranya dan berbisik di telingaku, "Pasti supaya ciumanmu terasa nikmat."

WAIT, WHAT?!

Aku memundurkan wajahku. Kurasa ekspresi wajahku saat ini begitu aneh. Campuran terkejut, malu dan bingung. Mbak Tiara cekikikan melihatku.

Aduh, kenapa jadi begini? Kenapa obrolannya jadi mengarah ke hal ini? Lihat, Mbak Tiara tersenyum dan tatapan matanya semakin jahil.

"Aku belum pernah berciuman," kataku dengan datar. Seperti membuat klarifikasi. Seperti membuat pengakuan, sekaligus pembelaan.

"Oh ya? Baguslah." Mbak Tiara memeriksa ponsel dan memasukkannya ke dalam tas. Lalu melihatku lagi. "Termasuk dengan Ligar-mu?"

HEI. Tolong. Aku memutar bola mata, tanda malas menjawab. Aku kembali pada layar komputer sialan ini dan menekan perintah shut down. Kulihat Mbak Tiara bersolek sebentar. Kemudian berpamitan pada yang lain.

Sebelum menuju pintu, Mbak Tiara mendekat kepadaku lagi. Dia berkata pelan, "Kalau kamu bertemu Ligar, saranku, jangan melakukannya. Nanti saja kalau sudah sah." Dia mengedipkan matanya.

Jangan melakukan apanya, kepikiran pun tidak sama sekali. "Sudah sana pergi. Kasihan suami Mbak udah nunggu."

Mbak Tiara melambaikan tangan dan menghampiri suaminya yang tengah duduk santai di atas skuter Vespa berwarna kuning menyala. Kulihat Mbak Tiara mendaratkan kecupan di pipi suaminya.

Bibir. Menyentuh. Pipi.

Sederhana. Sekejap. Kemudian keduanya saling  tersenyum.

Seolah mereka bercakap, "Terima kasih sudah menunggu" dan "Ya, aku senang menjemputmu."

Sial. Aku malah memperhatikan mereka begitu lekat. Aku menelan ludah. Semoga air liurku tidak menetes. Aih, kenapa juga jadi begini. Baik, baik. Akan aku tahan pertanyaan ini. Akan aku simpan rasa penasaranku. Akan aku sampaikan nanti pada Ligar.

Tapi berapa lama lagi ya aku bertemu Ligar? Anak itu memang sering pura-pura sibuk. Susah diajak bertemu. Tapi sudahlah. Lebih baik sekarang aku bergegas pulang dan beristirahat. Aku membereskan barang-barangku. Kemudian memeriksa ponsel. Barangkali ada pesan masuk.

Aku tersenyum. Ada pesan dari Ligar.

"Besok. Jam 10. Di tempat biasa."

0 Response to "SERI LIGAR DAN NADJA - 1. Besok. Jam 10. Di Tempat Biasa."

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel