-->

PUISI : Nyaris Sekarat



kemarin,
kami memakamkan impian kami yang wafat;
kini,
kami membacakan tahlil untuk kedamaian jiwa kami yang mati;
nanti,
kami akan berziarah untuk kewarasan akal kami yang sekarang nyaris sekarat.
bunga sedap malam
seluruh semesta alam
yang suram juga kelam
serta air mata bak cuka asam,
apakah sudi mendengar detak lelah kami
yang bertanya bagaimana caranya memanusiakan manusia?
bagaimana?

0 Response to "PUISI : Nyaris Sekarat"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel